Kreapic : Romance : Sudah berlalu dari semester itu, kau temani mimpi dan beranjak kenangan tak pasti—wajar saja kau semu yang tak nyata.
Di keramaian ini aku hempas rindu pada secangkir candu—kopi yang tersaji menjadi pelampias hangat betapa aku rindu sosok kau tersenyum lagi. Kekasih, literasiku dulu tak selesai begitu kau pergi dan kita tak pernah saling sapa dari akhir semester. Terakhir, aku saksikan kau tersenyum—wah kau cantik sekali. Mata ini terlalu genit; kau terlalu semu untuk nyata aku miliki.
...
Pahit, kenangan itu hanya sebatas mimpi di siang hari; kita jauh dan dongeng. Fiksi, kau menjadi ratu dan aku raja tanpa mahkota.
Lirih aku lihat serpihan gula perlahan tertawa, memandangi aku yang terhanyut lamunan di depan kopi hangat kini tersaji. Ah—ini apa; semut kecil mengintai kopi yang tak terusik.
Bermimpi perihal kau sang bidadari, aku layak mendambamu—kau cantik; bahkan lebih. Bak cinderella kau putri kayangan yang mana aku sibuk mencari pemilik sepatu kaca ini. Ah, sudah—semakin keras tawa dari semut liat; berharap tumpahan dari kopiku.
Baca Juga : Dimensi Wajah Pengagum
Wajar, jika kau candu dan kini aku pahit dengan rasa. Rasa yang bertepuk pada lara, kau hanya fiksi akan masa depan kita bersama.
...
Sudah—kopi ini biar ku seduh, bersama pahit yang tetap membuai candu.
Pahit memang sudah pasti, tapi itulah kejujuran dari secankir candu (kopi). Ia berani menampakkan aslinya, tanpa berubah bentuk ia tetap mau bebaur dengan manisnya gula; jika kau campur.
Pahit memang sudah pasti, tapi itulah kejujuran dari secankir candu (kopi). Ia berani menampakkan aslinya, tanpa berubah bentuk ia tetap mau bebaur dengan manisnya gula; jika kau campur.